KUNGFU SABLENG Karya: Bastian Tito OH-SE GONG WADAM (WADAM SINTING PENGACAU DUNIA) SATU DI DALAM gelap, orang bertubuh pendek hitam itu hampir tidak terlihat. Apalagi dia mengenakan pakaian serba hitam dan berdiri di bawah bayang-bayang satu pohon besar. Sambil mengusap dagunya yang ditumbuhi bisul-bisul besar karena alergi akibat terlalu banyak makan udang rebus, dia menatap ke depan, ke arah sebuah gedung besar dan mewah. "Jadi ini gedung kediaman Cong Wangwe (Hartawan Cong) yang kesohor itu. Menurut keterangan yang aku dapat. Go Bang An, salah seorang murid Oh-se Gong Wadam alias Wadam Sinting Pengacau Dunia bekerja di sini. Jika aku bisa memancing si Gobangan itu keluar dari sarangnya, mungkin sekali aku bisa mengetahui dimana beradanya Oh-se Gong Wadam." Selagi dia berpikir-pikir mencari akal mendadak orang di bawah pohon itu merasakan perutnya mulas. "Celaka! Mungkin ini gara-gara terlalu banyak makan bakpau basi!" Saking tidak tahannya, orang ini dodorkan celananya lalu mendekam di dekat tembok gedung yang gelap. Baru sempat mengedan satu kali tiba-tiba ada suara gonggongan anjing. Sesaat kemudian seo-rang bertubuh tinggi besar, berewokan dan kumis melintang muncul. Sambil menghunus pedang orang ini membentak. Sebagai pengawal cabang atas dia sudah terlatih dalam hal penciuman (bukan berciuman) Segitu bau sedap menembus liang hidungnya dia segera mengetahui sedang apa si pendek hitam di dekat tembok itu. "Aku Go Bang An! Pengawal Kepala gedung kediaman Cong Wangwe! Monyet dari gunung mana berani mati buang air besar di depan gedung Cong Wangwe!" Orang yang jongkok dalam gelap cepat rapikan celananya dan berdiri terbungkuk-bungkuk. Bukan menghormat sang Kepala Pengawal gedung tapi maklum masih ngepet alias belum cebok. "Pengawal, Ose jangan salah sangka. Torang bukannya buang air besar tapi cuma berak sadikit. Kebelet mules!" "Jangkrik! Berak itu masih keponakannya buang air besar tau?!" "Kalau begitu maafkan torang. Torang trada tahu kalau ini Cong Wangwe pe rumah." "Eh?!" Go Bang An kerenyitkan kening dan delikkan mata. Dia baru sadar. "Manusia hitam pendek dan jelek! Tampang dan bentuk tubuhmu jelas bukan orang sini! Logat bicaramu apalagi! Siapa kau sebenarnya?! Mungkin makhluk jejadian yang kesasar malam hari, mau berbuat jahat di gedung Cong Wangwe!" "Ah, ose pe mata dan talinga tajam sekali! Torang memang bukan orang sini. Tapi torang bukan makhluk jejadian bangsa jin atawa dedemit! Torang datang dari jau. Naek prau. Kerdampar di Tionggoan ini. Torang pe nama Pati Raja Lo Ngok!" (Tionggoan = Dara-tan Tiongkok). "Pati Raja Lo Ngok! Mama aneh! Tapi cocokdengan kulitmu yang hitam seperti pantat kuali! Ha...ha... ha!" Go Bang An hentikan tawanya. Lalu berkacak pinggang. Sambil melintangkan golok di depan dada dia berkata. "Tikus gosong! Untuk kekurang ajaran mu berani buang air di depan gedung Cong Wangwe kau harus didenda setengah tail perak! Atau kau tinggalkan salah satu daun telingamu di sini! Boleh pilih! Ha...ha!" Mendengar ancaman sadis itu orang mengaku bernama Pati Raja Lo Ngok jadi mengkeret nyalinya. Lengkap dengan dua daun telinga saja tampangnya sudah begitu jelek. Apa lagi kalau sempat dia harus menyerahkan salah satu daun telinganya! Dari dalam saku bajunya dia segera keluarkan satu tail perak. "Torang tra sangka ose bisa ba pungli jua!" kata Pati Raja Lo Ngok. "Ini satu tail Kembalikan setengah tail!" Go Bang An meraba-raba saku pakaiannya. Dia tidak punya kembalian setengah tail. Sesaat dia agak bingung. Tapi otaknya segera jalan dan mulutnya enak saja berucap. "Aku tak ada kembalian setengah tail. Sudah, begini saja. Situ buang air saja sekali lagi. Jadi pas! Tidak perlu kembalian setengah tail!" "Pemeras kecil brengsek!" maki Pati Raja Lo Ngok. "Kurang ajar! Kau berani menghina. Siapa bilang barang sex-ku kecil! Apa situ pernah lihat?!" Go Bang An marah besar akibat salah mengerti. "Majikannya Cong Ngek. Pengawalnya To Rek!" Pati Raja Lo Ngok mendumal lalu tinggalkan tempat itu dalam keadaan ngepet alias belum cebok! Keesokan paginya peristiwa malam itu diceritakan Go Bang An pada kawan-kawan nya sesama pengawal. Salah seorang diantara mereka yang bernama Tong Bo Khek lantas membisikkan sesuatu pada Go Bang An. Go Bang An menyeringai. "Kau betul. Kalau begitu mari kita cari dia. Tidak sulit menemukan orang asing di kota ini. Apa lagi orang pendek hitam! Ha...ha... ha!" Sebenarnya bukan rahasia lagi. Go Bang An dan Tong Bo Khek serta dua kawannya yang bekerja sebagai pengawal di gedung kediaman Cong Wangwe adalah Juga orang-orang yang menyalah gunakan kekuasaan. Mereka diketahui adalah sebagai kelompok empat tukang peras. *** Gudang Ebook (ebookHP.com) http://www.zheraf.net DUA HOTEL Hill Tong yang ada di pusat kota merupakan hotel paling besar dan mewah di daratan Tionggoan pada masa itu. Pati Raja Lo Ngok menginap di sebuah kamar di tingkat dua. Saat itu dia tengah asyik bersenang-senang dengan seorang gadis panggilan kelas atas yang dikenal dengan nama Nio Ling Lung.Sedang asyik-asyiknya dua makhluk di dalam kamar, tiba-tiba pintu didobrak dan empat orang melompat masuk ke dalam. Mereka bukan lain adalah Go Bang An, Tong Bo Khek dan dua kawannya. Nio Ling Lung terpekik kaget. Cepat-cepat dia menyusup sembunyi di balik seperai. Sedang Pati Raja Lo Ngok yang marah besar lupa diri, langsung saja melompat dari ranjang dalam keadaan berbugil ria. "Pemeras sialan! Ose lagi rupanya! Ose berani masuk kamar orang! Ose mau bikin apa?! Lekas keluar! Atau torang panggil keamanan hotel!" "Aha! Loya! Tenang! Tenang...." kata Go Bang An menyeringai, (Loya = Tuan besar) Dia dan kawan-kawannya merasa lucu melihat sosok Pati Raja LoNgok yang berdiri marah tanpa pakaian seperti itu. Pati Raja Lo Ngok rupanya sadar juga dan cepat-cepat menyambar selimut untuk ditutupi ke badannya. "Kami mau bicara sikitlah sama loya!" kata Go Bang An sambil kedipkan matanya pada sobatnya yang bernama Tong Bo Khek. "Setan! Torang seng ada waktu bicara dengan kalian!" (seng = tidak) "Tenang loya. Seng ada atau seng atap harap suka dengar dulu!" kata Go Bang An. "Kami mendapat perintah melakukan pengusutan. Sebagai orang asing loya dituduh mengedarkan uang perak palsu. Satu tail perak yang Soya ada kasih tadi malam ternyata palsu. Luarnya memang perak tapi dalamnya timah! Loya terpaksa kami bawa ke kantor pos. Maaf, maksudku ke kantor polisi!" Pati Raja Lo Ngok kelihatan kaget. Sesaat kemudian mukanya jadi pucat. "Mana torang tahu kalau uang satu tail itu palsu!" Tong Bo Khek melangkah mendekati Pati Raja Lo Ngok lalu menepuk-nepuk bahu si pendek hitam. "Loya kulit hitam. Kami tahu loya orang baik. Kami tidak mau bikin loya jadi susah. Bagaimana kalau kita atur damai saja. Semua bisa diatur di Tionggoan ini. Loya senang kami gembira. Pembeli dan penjual sama-sama untung! Hay yaaa!" Go Bang An ikut menimbrungi ucapan temannya. "Jangan khawatir loya Pati Raja Lo Ngok. Kami tidak akan melakukan pengusutan. Apalagi membawa loya ke kantor polisi. Asal loya tau sama tau semua pasti beres!" "Bilang saja, ose semua maunya apa?!" tanya Pati Raja Lo Ngok. Go Bang An menyeringai. "Kami cuma butuh lima puluh tail perak! Begitu menerima, kami segera tinggalkan kamar ini. Loya bisa senang-senang lagi dengan nona cantik di balik seperai itu! Ha... ha... ha!" Pati Raja Lo Ngok agaknya tidak mau mencari kesulitan. Dari dalam lemari hotel diambilnya sebuah kantong kain lalu diserahkan pada Go Bang An. "Ini ambil for ose! Di dalamnya ada lebih dari lima puluh tail perak!" Go Bang An segera sambar kantong kain itu. Tapi Tong Bo Khek cepat pegang tangan temannya itu seraya berkata. "Tunggu dulu. Kita periksa dulu isi kantong ini!" Lalu Tong Bo Khek membuka tali ikatan kantong. Begitu kantong terbuka isinya ternyata bukan uang perak melainkan gundu alias kelereng! Tong Bo Khek langsung lemparkan kelereng itu ke lantai. Go Bang An dan dua kawannya meradang marah. "Loya keparat! Berani menipu!" Serentak Go Bang An melompat menyergap Pati Raja Lo Ngok. Tong Bo Khek ikut hantamkan serangan. Dua orang lainnya juga tak tinggal diam. Perkelahian satu lawan empat segera berkecamuk di dalam kamar sementara Nio Ling Lung terpekik-pekik ketakutan. Go Bang An dan kawan-kawannya tidak pernah mengetahui siapa sebenarnya si pendek hitam yang mereka keroyok ini. Setelah dua jurus menggempur dengan tangan kosong tanpa hasil, Go Bang An memberi isyarat. Kelompok empat pemeras segera cabut golok masing-masing kembali Nio Ling Lung menjerit-jerit ketakutan. Sebaliknya Pati Raja Lo Ngok kelihatan tenang saja. Dengan satu gerakan enteng dia melompat ke atas ranjang. Begitu empat golok menderu ke arahnya, si pendek hitam ini berkelebat laksana angin. Terdengar suara bak-buk-bak-buk berulang kali dibarengi suara jeritan Go Bang An dan kawan-kawannya. Sesaat kemudian empat penyerang sudah bergeletak di lantai. Go Bang An bocor keningnya. Tong Bo Khek kucurkan darah dari mata kirinya yang melembung bengkak. Dua orang lagi melingkar sambil mengerang karena tulang hidung patah dan bibirnya pecah! Go Bang An dan dua kawannya merangkak ke pintu. Tong Bo Khek rupanya masih penasaran. Sambil tekap matanya yang bocor dia bangkit berdiri, menyambar golok di lantai lalu kembali menyerang Pati Raja Lo Ngok. Dia menyerang dengan jurus bernama "Kuda hamil merangkul pejantan." Yang diserang berkelit ke kiri lalu kaki kanannya bergerak. "Bukkk!" Tong Bo Khek meraung setinggi langit. Goloknya mental. Tubuhnya terlempar ke luar pintu kamar. Megap-megap dia berusaha bangun tapi rubuh lagi. Kawan-kawannya segera menolong. "Apamu yang kena?!" tanya Go Bang An. "Torpedo ku.... Monyet hitam itu menendang torpedo ku!" jawab Tong Bo Khek lalu lidahnya terjulur dan matanya mencelet. Pingsan! *** Gudang Ebook (ebookHP.com) http://www.zheraf.net TIGA SORE itu Pati Raja Lo Ngok baru saja selesai mandi. Sambil bersiul-siul menyanyikan lagu O U La The dia berganti pakaian. Baru selesai mengenakan pakaian yakni sehelai baju hitam dan sehelai kain sarung, tiba-tiba ada orang mengetuk pintu. Yang datang ternyata adalah seorang pelayan. Mukanya pucat dan nafasnya memburu. "Celaka tayjin! Celaka!" (Tayjin = tuan besar/orang kaya) "Tahi jin?! Ose bilang torang tahi jin?!" Pati Raja Lo Ngok pelototkan mata dan membentak marah.Si pelayan gelengkan kepala. "Celaka, celaka tuan besar..." "Eh, ose ini gila atau bagaimana? Apa yang celaka?!" "Mereka datang! Go Bang An dan tiga kawannya. Tapi mereka bukan cuma berempat. Go Bang An membawa serta gurunya yang bernama Ohse Gong Wadam alias Wadam Sinting Pengacau Dunia. Dan Wadam ini membawa pula empat orang anak muridnya!" Si pelayan terheran-heran ketika melihat Pati Raja Lo Ngok bukannya terkejut mendengar keterangannya tapi malah tersenyum. "Pelayan, bagus ose sudah memberitahu. Torang sebenarnya memang sudah lama mencari Oh se Gong Wadam. Ternyata torang pe pancingan berhasil. Oh-se Gong Wadam akhirnya keluar juga dari sarangnya!" Pati Raja Lo Ngok lalu melangkah ke jendela. Di halaman bawah sana dia melihat Go Bang An dan Tong Bo Khek serta dua kawannya. Keempatnya berteriak-teriak sambil acungkan golok dan memandang ke arah jendela kamar Pati Raja Lo Ngok. Di dekat mereka berdiri empat pemuda berpakaian serba kuning. Rambut dikuncir dan lucunya muka mereka dipoles bedak dan gincu tebal! Agak ke depan dari barisan delapan orang itu berdiri seorang tinggi besar berpakaian dan berdandan aneh. Di sebelah atas orang ini mengenakan baju kembang-kembang. Rambut dipotong pendek alias yongen. Muka di pupur bedak tebal seperti dempul. Bibir dicat merah mencorong dan alis tebal sehitam arang. Pada daun telinganya mencantel anting-anting bundar besar. Di sebelah bawah orang ini mengenakan rok model pendek sekali, berkaos kaki merah dan memakai sepatu lars! Inilah dia Oh-se Gong Wadam alias Wadam Sinting Pengacau Dunia. "Pati Raja Lo Ngok! Jangan sembunyi di dalam. kamar! Lekas keluar menerima hukuman!" Go Bang An berteriak sambil acung-acungkan goloknya. Sementara Oh-se Gong Wa-dam tegak rangkapkan tangan di atas dada. Saat itu orang banyak mulai berkerumun di halaman hotel Hill Tong. Pati Raja Lo Ngok kencangkan sarungnya, kenakan kain hitam pengikat kepala lalu keluar dari kamar. Begitu turun ke halaman dia segera melangkah ke tempat Go Bang An dan Kawan-kawannya dan berdiri empat langkah di hadapan Oh-se Gong Wadam. Sesaat dua orang itu saling beradu pandang. Lalu Wadam Sinting Pengacau Dunia sunggingkan senyum sinis dan membuka mulut. "Pati Raja Lo Ngok! Lama tak bertemu ternyata kau masih jelek-jelek saja seperti dulu. Hik... hik! Aku sudah tahu apa tujuanmu muncul di kota ini. Rupanya kau kurang menyadari tingginya gunung Thaysan. Jauh-jauh kau datang ke Tionggoan hanya untuk mencari mati! Sungguh satu kesia-siaan tolol!" Pati Raja Lo Ngok balas menyeringai. "Ose kira dengan kabur ke Tionggoan ini bisa menyelamatkan dirimu dari pembalasan hukuman? Ose membunuh sahabatku Madame Du Lepet, Ketua Persatuan Wadam Taman Lawang. Torang datang untuk menjemput mu. Ose akan diadili di negeri asalmu. Tapi jika ose berani membangkang, maka terpaksa ose pe nyawa dihabisi di tempat ini juga!" Wadam Sinting Pengacau Dunia tertawa gelak-gelak. "Pati Raja Lo Ngok, ternyata kesombonganmu tidak berubah sejak dulu! Seharusnya kepalamu ku pisahkan dengan badan saat ini juga! Tapi lama-lama kulihat kau kelihatan antik juga. Akhir-akhir ini aku suka barang antik. Dengar Raja Lo Ngok, aku akan ampuni selembar nyawamu. Tapi syaratnya kau suka ikut aku ke tempat kediamanku dan melayani diriku sebagai seorang istri!" Tampang hitam Pati Raja Lo Ngok jadi menghitam legam. "Wadam Sinting buronan dari Taman Lawang! Kau juga tidak berubah. Seumur-umur hidup kacau balau tak karuan. Ajakanmu menarik juga! Tapi ose lupa! Tuan besarmu ini tidak suka main wadam. Perawan dan janda saja bertaburan di delapan penjuru angin. Masakan torang mau bersuka-suka dengan wadam rongsokan macam ose begini!?! Ha... ha... ha!" Marahlah Oh-se Gong Wadam mendengar penghinaan itu. Apa lagi di hadapan sekian banyak mata, termasuk murid-muridnya sendiri. Dia maju satu langkah tapi Tong Bo Khek dan Go Bang An serta empat muridnya yang berpakaian kuning segera mencegah, "Suhu, biar kami yang membereskan monyet hitam ini!" Oh-se Gong Wa-dam gelengkan kepala. Matanya tak berkesip. "Urusan ini aku yang harus menyelesaikan. Monyet hitam ini sejak aku masih di Taman Lawang sudah bikin susah diriku!" Tangan kanan Wadam Sinting Pengacau Dunia bergerak ke balik dada pakaiannya. Semula semua orang mengira dia akan mengeluarkan senjata berupa golok atau pedang. Tapi yang kemudian tergenggam di tangannya ternyata adalah sebuah BH alias kutang ukuran 42 B-Cup. Wadam Sinting Pengacau Dunia maju lagi satu langkah. Kali ini sambil putar-putar BH di tangannya. Begitu hebatnya hingga mengeluarkan suara menderu bersiuran. Debu dan kerikil beterbangan. Daun-daun pepohonan berguguran. Ranting-ranting ada yang berpatahan. Dan BH itu terus menderu menebar bau aneh seperti bau minyak rem yang sudah apak! "Pati Raja Lo Ngok! Diberi susu kau minta racun! Biar kepalamu kuhancurkan dengan penutup susu ini!" "Wuuttt!" BH di tangan Wadam Sinting Pengacau Dunia menghantam ke arah batok kepala Pati Raja Lo Ngok. Yang diserang cepat merunduk. Tapi secara aneh ujung BH membalik dan breett! Dada pakaian Pati Raja Lo Ngok robek besar. Orang ini cepat melompat dengan wajah berubah. Wadam Sinting Pengacau Dunia tertawa bergelak. "Kini baru kau sadar kalau kau tak bakal bisakembali ke kampung halamanmu! Hik... hik... hik!" "Wadam sinting! Jangan bicara takabur! Lihat serangan!" teriak Pati Raja Lo Ngok. Lalu tubuhnya melesat ke atas. Sambil melompat tangannya menyelinap ke balik sarung. Sesaat kemudian ketika tangan itu keluar dari sarung kelihatan dia memegang celana kolornya yang dekil butut. Begitu celana itu dikebutkan di udara, angin laksana badai menggebu dan bau tidak sedap menyesakkan pernafasan. Go Bang An dan Tong Bo Khek serta dua kawannya, juga empat murid Oh-se Gong Wadam terhuyung-huyung lalu jatuh bergedebukan di tanah. Hanya Oh-se Gong Wadam sendiri yang masih tegak di tempatnya pertanda dia memiliki ilmu kepandaian sangat tinggi. Di halaman Hotel Hill Tong segera berkecamuk pertempuran seru jadi tontonan yang mengasyikkan dan aneh karena masing-masing yang berkelahi me- megang senjata aneh. Satu selembar BH ukuran 42, satunya lagi sehelai kolor dekil. Bagaimanapun tingginya ilmu silat Oh-se Gong Wa-dam ternyata masih berada di bawah tingkat kepandaian Pati Raja Lo Ngok. Setelah saling baku hantam selama dua puluh jurus, pada jurus ke dua puluh satu Pati Raja Lo Ngok berhasil menyekap dan memasukkan kolornya ke kepala lawan. Oh-se Gong Wadam kelabakan, tak bisa bernafas dan tubuhnya menjadi lemas mencium bau kolor yang aneh itu. Sebelum wadam bersepatu lars itu rubuh ke tanah, Pati Raja Lo Ngok cepat menotok tubuhnya hingga sang wadam benar-benar dibuat tidak berdaya. Melihat kejadian ini Go Bang An dan kawan-kawan serta empat murid Ohse Gong Wa-dam segera jatuhkan diri berlutut tanda menyerah. Pati Raja Lo Ngok angkat kolornya dari kepala Oh-se Gong Wadam. Lalu tenang saja di hadapan begitu banyak orang dia kenakan kolor dekil itu kembali. *** TAMAT Selanjutnya: PENDEKAR SPRITUS Gudang Ebook (ebookHP.com) http://www.zheraf.net